Dr Siti Aisyah Ismail
Imani Addiction Working Group
Jakarta, Indonesia
Alhamdulillah, saya diberi kesempatan besar untuk mewakili PROKAMI ke Simposium Internasional mengenai Kebijakan tentang Narkoba dan Kesehatan Masyarakat di Istanbul pada 29 September – 1 Oktober 2014. Persatuan Bulan Sabit Hijau Turki (Turkiye Yesilay Cemiyeti) sebagai panitia telah sukses mengadakan sebuah acara berskala internasional dengan sangat baik. Acara ini dihadiri dan mendapat pengakuan dari badan dunia seperti WHO, UNODC (UN Office on Drugs and Criminal), EU Council of Europe, Pompidou Group of the Council of Europe, EMCDDA (European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction) serta Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian Pemuda, dan Kementerian Sosial dari Turki dan beberapa negara di Eropa.
Bertempat di WOW Istanbul Convention Centre, simposium ini telah dihadiri oleh lebih 1200 peserta dari 65 negara dan menghadirkan 85 pembicara dan moderator dari berbagai negara. Acara diresmikan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Dalam pidato pembukaannya, beliau menekankan tentang bahaya adiksi (ketergantungan) terhadap narkoba yang bisa mengakibatkan keruntuhan sebuah bangsa. Jika kita sangat melarang peperangan bersenjata, kenapa kita membiarkan saja narkoba dan rokok bebas beredar? Kedua-duanya membunuh manusia dalam skala besar. Anak muda sekarang, jiwa mereka kosong karena telah jauh dari nilai-nilai agama. Hanya dengan kembali kepada Islam, manusia mempunyai tujuan hidup yang utuh dan tidak akan menyia-nyiakan hidup mereka.
Acara dimulai oleh Pleno I mengenai kebijakan tentang narkoba dari perspektif kesehatan masyarakat. Menggunakan konsep “balanced and mutually reinforcing approach to supply and demand reduction”, masalah narkoba dilihat dari sisi kesehatan dan sosial. Kebijakan tentang narkoba ditangani melalui 4 pilar utama yaitu; pencegahan primer, pengobatan, mengurangkan efek buruk (harm reduction) dan kontrol suplai, serta sistem peradilan kriminal. Penanganan multilateral dengan pendekatan kesehatan masyarakat diyakini dapat menurunkan angka pemakai narkoba, mencegah perkembangan epidemi baru, dan mencegah dampak yang tidak diinginkan akibat marginalisasi pemakai melalui hukuman kriminal. Pendekatan kesehatan sedikit demi sedikit menggantikan pendekatan represif dan menghukum, dimana ketergantungan narkoba dilihat sebagai suatu entitas penyakit. Ia perlu ditangani melalui pendekatan yang seimbang antara penegakan hukum, pengobatan intervensi dan pencegahan serta program rehabilitasi. Kebijakan yang berbasis ilmiah (science-based) mempertimbangkan bahwa masalah adiksi berawal dari pengalaman buruk pemakai di masa kecilnya, seperti kemiskinan, kelaparan, kekerasan, stress dan lain-lain. Masyarakat internasional mengakui bahwa dimensi ‘rekreasi’ atau fun usertidak bisa dibenarkan. Oleh karena itu, program-program pencegahan harus disasarkan untuk anak-anak dan remaja yang berisiko.
Selanjutnya acara dipecah menjadi 2 sesi parallel, dengan tema besar strategi pencegahan dan rehabilitasi. Saya lebih memilih menghadiri pembicaraan dengan tema strategi pencegahan. Beberapa hal yang dapat saya catat di sini:
1. Penemuan neuroscience sosial terbaru mendapati bahwa remaja yang terlibat dalam tingkah laku berisiko bukan disebabkan oleh kurangnya informasi atau kekhilafan atau pertimbangan yang salah, tetapi disebabkan tekanan dari teman-teman (peer pressure) dan persepsi yang salah terhadap norma sosial. Pendekatan pencegahan tradisional sering mengabaikan fakta ini dan hanya menangani aspek kognitif (menyampaikan informasi) atau memperbaiki kompetensi individu. Pendekatan holistik akan mengubah aspek fisik, ekonomi dan sosial yang mempengaruhi persepsi individu terhadap narkoba dan menentukan tingkah laku mereka selanjutnya. Masalah ini tidak bisa ditangani dengan persuasi, tapi hanya bisa ditangani dengan mengubah persepsi individu dengan menyampaikan nilai, norma, sikap dan tingkah laku yang betul tentang narkoba.
2. Beberapa negara mempresentasikan program-program yang berhasil dilaksanakan di negara mereka :
a) Republik Czech: Sistem sertifikasi untuk standar kualitas program pencegahan di sekolah-sekolah
b) Polandia: Program Community-baseddan Therapeutic Community
c) Ukraina: Program Strategy of the State Policy of Ukraine on Drugs
d) Afghanistan: Program WADAN (Welfare Association for the Development of Afghanistan)
e) Malaysia: Program SEDAR (Spiritual Enhancement on Drug Addiction and Rehabilitation)
f) Turki: Program 180 Degrees, Oya Bahadir Yuksel, TBM (Turkiye Bagimlilikla Mucadele), CEMATEM (Child and Adolescent Alcohol and Drug Addiction Treatment and Education Center), Turkish National Strategy Document on Drugs
g) Bosnia Herzegovina: Program RUN (Recovered Users Network)
h) Itali: Program San Patrignano
i) Maroko: Program MedSPAD (Mediterranean School Survey Project on Alcohol and other Drugs)
j) Lithuania: Program Zippy Friend, Alcohol Policy Youth Network
k) Belgia: Program Unplugged, Foundation for a Drug Free World
l) Afrika Selatan: Program pelayanan di fasilitas kesehatan primer
m) Inggris: Program intervensi untuk anak dan remaja
n) Swedia: Program UNGASS 2016 dan VNGOC Strategic Plan
o) Hungaria: Program HCLU (Hungarian Civil Liberties Union)
p) Lebanon: Program advokasi dan reformasi kebijakan Skoun
q) Skotlandia: Program EWODOR (The European Working Group on Drugs Oriented Research)
r) Cyprus: Kerjasama antar negara karena kedudukan Cyprus yang terletak di 3 benua
s) Turkish Green Crescent: 293 materi untuk pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi pemakai narkoba
3. Sistem deteksi dini (early warning system) sudah diimplementasikan di beberapa negara di Eropa bagi mendeteksi zat psikoaktif baru. Di Turki (TUBiM) mengandalkan komunikasi cepat dan efektif dari beberapa organisasi pemerintah yang terkait obat. Sampai saat ini lebih 300 zat psikoaktif baru sudah dideteksi, namun segera keluar dari daftar karena struktur kimianya diubah dari struktur semula yang illegal. Pemerintah menghadapi masalah dalam “permainan kejar-kejaran” ini karena kelicikan pelaku dalam memanipulasi struktur kimia, memanipulasi aturan legalitas sesuatu zat, dan strategi pemasaran mereka yang menyatakan bahwa ini merupakan suatu sediaan “herbal”. Di seluruh negara Eropa sejak 15 tahun yang lalu telah dioperasikan EU Warning System (EWS) dan EMCDDA. Di tahun 2013 saja, telah dideteksi sebanyak 81 zat baru, melalui akses informasi dan komunikasi real-time antar negara anggota.
4. Peran media dalam menangani masalah adiksi sangat penting karena mempunyai akses luas ke masyarakat. Kampanye di media tidak boleh menakut-nakuti atau mengancam karena pada dasarnya, para remaja sudah tahu tentang efek buruk narkoba. Yang perlu dilakukan adalah meningkatkan sikap/citra negatif terhadap narkoba dan menurunkan citra positif narkoba. Kebanyakan remaja tidak akan memakai obat-obat terlarang. Namun media sering melupakan zat adiktif yang paling berbahaya; rokok dan alkohol. Agar kampanye media bisa menjadi efektif, beberapa perkara di bawah perlu diperhatikan:
a) Identifikasi sasaran audiens dengan tepat
b) Materi kampanye harus berdasarkan teori ilmiah yang benar
c) Kembangkan kampanye dengan penelitian yang baik
d) Pastikan audiens sasaran mendapat paparan materi yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup
e) Libatkan orang tua, sekolah dan komunitas
f) Hubungkan kampanye dengan program-program yang sedia ada
5. Pemuda dan Narkoba. Alkohol merupakan pintu masuk ke pemakaian obat-obatan terlarang di banyak negara di Eropa. Sangat disayangkan alkohol tidak dimasukkan pengaturannya dalam kategori yang sama dengan zat psikoaktif lain, sehingga alkohol tersedia bebas di masyarakat umum. Arus urbanisasi dan modernisasi tidak seiring peningkatannya dengan tempoh dan kualitas pendidikan, berkurangnya pengaruh orangtua dan keluarga terhadap remaja dan meningkatnya pengaruh teman pergaulan menjadikan mereka sangat rentan terkena bahaya narkoba. Kunci utama masalah narkoba adalah remaja mempunyai kesibukan positif (youth engagement). Youth engagement didefinisikan sebagai terlibat secara bertahan (sustained) dalam kegiatan dengan fokus di luar dari dirinya seperti kegiatan sekolah, kegiatan kemasyarakatan, kegiatan organisasi, olahraga, seni, musik, politik dan lain-lain
Demikian yang dapat saya cerna lewat penerjemah langsung ke Bahasa Inggris, karena kebanyakan pembicara dan diskusi tanya-jawab menggunakan Bahasa Turki. Video, artikel dan buku abstrak dapat diunduh dari web symposium di www.ids-istanbul.org dan foto-foto kegiatan dapat dilihat di http://www.ids-istanbul.com/en/?page_id=511. Banyak yang kita bisa belajar dari mereka. Namun saya yakin teman-teman di BNN dan LSM lain yang aktif di bidang adiksi sudah memulai usaha penanganan masalah ini di Indonesia. Hanya saja kita butuh lebih advokasi dan dukungan pemerintah (political will) untuk bisa menangani masalah adiksi dengan lebih holistik dan efektif.
PROKAMI in sya allah juga akan memainkan peran dalam sinergi menangani masalah adiksi. Kami butuh banyak individu dan relawan yang peduli dengan isu ini untuk ikut bergabung dan bekerja bersama kami di Imani Addiction Working Group. Bagi yang berminat dengan kesempatan amal jariah yang besar ini, silahkan menghubungi kami di website resmi kami www.imani-prokami.org atau FB Kajian Kedokteran Islam – IMANI di https://www.facebook.com/groups/kedokteranislam.
senang bisa berkunjung dihalaman ini banyak informasi dan pengetahuan bari sukses selalu dan tetap semangat dalam menghasilkan karya terbaik salam silaturahmi
obat kanker otak stadium 4