Gangguan pendengaran adalah istilah bagi seseorang yang merasakan penurunan fungsi telinga. Biasanya penderita merasakan proses pendengeranya berkurang pada tahap tahap tertentu hingga tidak bisa medengar sama sekali,
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, 1 dari 4 orang di dunia bisa mengalami gangguan pendengaran pada tahun 2050. Pernyataan ini disampaikan WHO di laman resminya, 2 Maret 2021, berdasarkan laporan penelitian yang dirilis di hari yang sama. Dalam lampiran itu disebutkan pada tahun 2050 diperkirakan 2,5 miliar orang berpotensi memiliki gangguan pendengaran dengan tingkat tertentu.
Penyebab Ganguan Pendengaran
Ganguan Pendengaran Konduktif
Terjadi karena adanya suatu hambatan yang mengganggu penghantaran suara (konduksi) dari telinga luar melalui telinga tengah hingga sampai telinga dalam.
Beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran konduktif adalah:
- Adanya penumpukan cairan di telinga bagian tengah akibat pilek atau rhinitis
- Infeksi telinga tengah atau otitis media
- Infeksi telinga luar atau otitis eksterna
- Gangguan atau kerusakan pada tuba eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan telinga dengan hidung dan tenggorokan
- Gendang telinga robek atau perforasi membran timpani
- Tumor atau pertumbuhan jaringan yang tidak normal di telinga bagian luar dan telinga bagian tengah, seperti kolesteatoma
- Kotoran telinga yang menumpuk dan menyumbat saluran telinga atau serumen prop
- Adanya benda asing yang tersangkut saluran saluran telinga, seperti batu kerikil atau manik-manik
- Kalainan bentuk telinga atau malformasi telinga, seperti mikrotia, tidak terbentuknya daun telinga, atau adanya kelainan tulang-tulang pendengaran
- Penyakit pada tulang-tulang pendengaran, seperti otosklerosis
Ganguan Pendengaran sensorineral
Ganguan Pendengaran sensorineral terjadi akibat gangguan sensori atau saraf pada telinga bagian dalam.
Ada beberapa kondisi dan penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, yaitu:
- Penyakit tertentu, seperti penyakit autoimun yang menyerang telinga atau penyakit Meniere
- Penggunaan obat yang bisa menimbulkan efek samping pada telinga, seperti antibiotik aminoglikosida, obat kemoterapi, aspirin dosis tinggi, dan loop diuretic
- Kondisi genetik tertentu yang diturunkan di dalam keluarga
- Gangguan pembentukan telinga bagian dalam
- Proses penuaan yang disebut juga presbikusis
- Pukulan atau cedera di kepala
- Paparan suara keras yang berlangsung dalam waktu lama, seperti bekerja di proyek dengan kebisingan tinggi
Ganguan pendengaran Campuran
ganguan pendengaran ini sangat kompleks karena penyebabnya, ganguan konduktif dan ganguan sensoriuneural terjadi secara bersamaan.
Kondisi ini dapat menunjukan adanya kerusakan pada telinga bagian luar, tengah, dan bagian dalam, atau jalur saraf ke otak.
Gejala Penderita Gangguan Pendengaran
Telinga memiliki tiga bagian utama, yaitu bagian luar, tengah, dan dalam. Pada proses mendengar, ketiga bagian ini akan bekerja secara berkesinambungan.
Proses mendengar diawali dengan suara yang ada di sekitar, berupa getaran atau gelombang, ditangkap oleh telinga bagian luar. Kemudian getaran diteruskan ke saluran telinga sehingga memberi tekanan atau pukulan pada gendang telinga (membran timpani). Ketika gendang telinga bergetar, maka getarannya akan diteruskan ke tulang pendengaran.
Tulang pendengaran akan memperkuat getaran ini dan mengirimkannya ke telinga bagian dalam. Saat mencapai telinga bagian dalam, getaran akan diubah menjadi impuls listrik dan dikirim ke saraf pendengaran pada otak. Otak lalu akan menerjemahkan impuls ini sebagai suara.
Selain itu ada beberapa gejala lainya, yaitu:
- Suara yang terdengar pelan.
- Selalu menyetel televisi atau musik dengan volume keras.
- Tinnitus atau telinga berdenging.
- Mengalami kesulitan mendengar perkataan orang lain dan kerap miskomunikasi, terlebih saat sedang berada di keramaian.
- Mengalami kesulitan mendengar suara konsonan dan bernada tinggi.
- Perlu konsentrasi lebih untuk mendengar perkataan orang.
- Kerap meminta orang lain mengulangi pembicaraan, berbicara lebih jelas, dan lebih keras.
- Sering menghindari situasi sosial.
Sementara itu, gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak sedikit berbeda dengan orang dewasa, seperti:
- Tidak kaget ketika mendengar suara keras.
- Tidak menoleh ke sumber suara bagi bayi berusia 4 bulan ke atas.
- Tidak dapat mengucap kata ketika memasuki usia 15 bulan.
- Tidak merespon ketika dipanggil nama dan baru menyadari kehadiran seseorang setelah melihatnya.
- Lambat bicara atau bicara tidak jelas.
- Sering bicara keras atau menyetel televisi dengan suara keras.
- Jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan.
- Anak meminta orangtua mengulangi perkataan.
Faktor Resiko
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan pendengaran yaitu:
- Proses penuaan yang mengakibatkan perubahan pada struktur telinga dalam.
- Faktor keturunan atau genetik.
- Paparan suara keras, termasuk suara mesin jet, pesawat, konstruksi, musik, atau ledakan.
- Mengidap infeksi selama hamil, misalnya infeksi TORCH yang meningkatkan risiko munculnya kelainan bawaan termasuk gangguan pendengaran pada bayi baru lahir.
- Mengidap penyakit tertentu, misalnya hipertensi, diabetes, masalah jantung, cedera otak, tumor, dan stroke.