Oleh : Dr. dr. H. Yuwono, M.Biomed. (Departemen Mikrobiologi dan Kedokteran Molekul Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang)
Complementary and Alternative Medicine (CAM) atau Kedokteran Komplementer dan Alternatif (KKA) merupakan terminologi baru dalam 2 dekade terakhir. Sejatinya aktivitas CAM justru lebih tua dibanding kedokteran konvensional (modern) saat ini. Terlebih di masa kejayaan Peradaban Islam, dimana Kedokteran Islam sejatinya adalah kedokteran yang komprehensif dan holistik sebagaimana sumber rujukannya yaitu islam yang syamilah dan kamilah.
Salah satu definisi CAM adalah: “Complementary and Alternative Medicine is a Group of Diverse Medical and Health Care Systems, Practices, and Products That are Not Presently Considered Part of Conventional Medicine”. “Complementary Medicine is Used Together With Conventional Medicine.” “Alternative Medicine is Used in Place of Conventional Medicine.” “Integrative Medicine Combines Mainstream Medical Therapies and CAM Therapies for Which There is Some High-Quality Scientific Evidence of Safety and Effectiveness.”
Cakupan CAM sejauh ini ada 5 kelompok yaitu: Alternative Medical Systems meliputi Ayurveda, Chinese, Native American, Aboriginal, African, Middle Eastern, Tibetan, Central and South American Cultures, homeopathy dan naturopathy. Mind-Body-Interventions meliputi cognitive-behavioral approaches, meditation, hypnosis, dance, music, art therapy, prayer dan mental healing. Biological Based Therapies meliputi dietary supplements, herbs, orthomolecular (varying concentrations of chemicals, such as, magnesium, melatonin, and mega-doses of vitamins) dan individual biological therapies (use of laetrile, shark cartilage, bee pollen). Manipulative And Body- Based Methods meliputi chiropractic, osteopathic manipulation dan massage. Energy Therapies meliputi qi gong, reiki, therapeutic touch, bioelectromagnetic-based therapies (pulsed fields, magnetic fields, or alternating currentor direct current fields).
Berdasarkan pengertian tentang CAM tersebut jelas bahwa CAM didasarkan pada keilmuan yang kuat dan bahkan pendekatan yang menyeluruh dan terintegrasi. Filosofi mendasar dari CAM adalah memandang manusia sebagai kesatuan yang utuh dari ruh (spirit), hati, mental, pikiran dan raga. Dalam Bahasa Alquran manusia dipandang sebagai al-basyar dengan ciri fisiknya, sebagai al-insan dengan kecenderungan jiwanya dan sebagai an-nas dengan interaksi sosialnya. Kondisi sehat menurut CAM adalah keseimbangan (tawazun) yang homeodinamis bukan homeostatis. Keseimbangan demikian berarti selama hidup pada diri manusia mulai dari fisik yang kasat mata (organ tubuh) hingga molekul nano, semua berada dalam keadaan aktif, bergerak, berinteraksi dan mencari keseimbangan. Tidak mungkin memisahkan raga dengan fikiran dst. Jadi jika seseorang sakit misalnya gastritis (radang lambung), bukan semata disebabkan oleh faktor fisik karena infeksi kuman atau iritasi zat kimia melainkan juga didasari oleh fikiran yang kacau (stress) dsb.
Mengingat demikian luas cakupan CAM maka kita tidak akan mungkin mampu mengkaji CAM dalam sekilas waktu. Oleh karena itu topik tentang dasar molekul CAM pada paper ini akan dibahas secara global untuk memberikan semacam frame (kerangka berfikir) bagi kita.
Organisasi tubuh jika diurutkan adalah individu, sistem organ, organ, jaringan, sel, makromolekul, mikromolekul dan atom. Pembahasan ilmu kedokteran berbasis individu adalah antropologi, berbasis organ adalah ilmu penyakit dalam, ilmu kebidanan dsb. Kajian berbasis jaringan adalah histologi termasuk transplantasi. Kajian berbasis sel adalah sitologi, berbasis molekul adalah kedokteran molekul dan berbasis atom adalah nanoteknologi.
Struktur dan fungsional terkecil dari tubuh kita adalah sel. Jadi bila kita mengkaji tentang mekanisme molekul maka kajian ini adalah proses homeodinamis yang terjadi pada sel. Sel manusia termasuk eukariota yaitu sel yang memiliki membran (selaput) inti. Sel terdiri dari membrane sel dan sitoplasma. Pada membrane sel terdapat berbagai protein reseptor dan protein transport. Pada sitoplasma terdapat inti sel dan berbagai organela seperti mitokondria, apparatus Golgi, lisosom, ribosom dan retikulum endoplasma. Di dalam inti sel terdapat materi genetik yaitu DNA yang dikemas pada struktur kromosom.
Aktivitas sel pada tingkat molekul adalah replikasi DNA, transkripsi RNA, translasi polipeptida dan prosesing pembentukan protein. Selanjutnya metabolisme yang terdiri dari aktivitas sintesis (anabolisme) dan aktivitas kerja (katbolisme). Berikut akan diberikan contoh tentang bagaimana pembentukan zigot, fetus hingga lahirnya seorang bayi. Mula-mula induk sel sperma yaitu spermatogonium membelah membentuk sperma dan induk sel telur yaitu oogonium membelah membentuk ovum. Proses pembelahan ini didahului replikasi DNA, kemudian transkripsi RNA, translasi polipeptida dan pembentukan protein. Melalui serangkaian proses kimiawi dan mekanis yang kompleks DNA sel sperma masuk ke dalam sitoplasma ovum dan terbentuklah sel zigot. Kemudian sel zigot membelah dan terus membelah hingga membentuk 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Tiap lapisan ini selanjutnya akan membentuk bagian tubuh seperti kulit, otot dan organ dalam. Setelah lebih kurang 36 pekan terbentuk seorang bayi sempurna. Ribuan bahkan jutaan reaksi kimia terjadi dalam 1 sel. Dapat dibayangkan betapa traffic (ramai) hulu-hilir molekul dalam sel tersebut.
Secara konstitusi (alami) setiap sel kita mengandung 46 kromosom atau 23 pasang kromosom yang terdiri 3,2 milyar pasangan basa DNA. Sebagian DNA merupakan kode yang menyandi protein yang disebut gen. Jumlah gen pada sel kita sekitar 24.000. Protein berfungsi sebagai penyusun struktur tubuh dan pelaksana (eksekutif) metabolisme. Dapat dibayangkan bahwa jenis rambut hingga struktur ujung kaki kita dibentuk oleh protein yang disandi oleh gen-gen tersebut. Selain itu aktivitas kita mulai dari tidur hingga tidur lagi semua berupa metabolisme yang dilaksanakan oleh protein.
Konsep sehat adalah kondisi seimbang fisik, pikiran, mental, spiritual dan interaksi sosial. Sakit adalah kondisi kebalikan dari seimbang tersebut. Penyebab sakit adalah kontribusi faktor bawaan yaitu genetik dan lingkungan. Sebagian penyakit seperti Sindroma Down disebabkan kelainan genetik dan tidak ada kontribusi lingkungan. Sebaliknya kecelakaan lalu lintas adalah kontribusi lingkungan bukan genetik. Sedangkan bibir sumbing ada kontribusi kelainan genetik dan kelainan lingkungan yaitu kurang asupan asam folat.
Kedokteran modrn dimulai setelah redupnya peradaban islam yaitu sekitar abad 16 ketika kitab kedokteran islam “qonun atthib” diterjemahkan menjadi “the canon of medicine”. Merujuk pada kitab ini Eropa dan Amerika melakukan berbagai kajian kedokteran yang hingga kini berwujud sebagai kedokteran modern atau kedokterankonvensional yang kita kenal. Prinsip kedokteran ini memandang manusia secara partial (sepotong-sepotong) dan sebagai obyek yang statis. Karenanya fokus kedokteran pada terapi atau pengobatan yaitu pengobatan medikamentosa (obat) dan tindakan (bedah). Filosofi terapi obat adalah “hantam atau hancurkan atau matikan” bagian yang sakit. Filosofi bedah adalah potong dan buang bagian yang mengalami kelainan. Beberapa terapi dilanjutkan dengan rehabilitasi. Paradigma terapi terhadap kelainan pikiran dan mental juga dengan terapi obat untuk menekan atau menghilangkan gejalanya misalnya obat untuk menekan munculnya gejala gelisah. Terapi kedokteran modern berdasarkan mekanisme penyakit (patogenesis & patofisiologi) yang dibangun dari konsep yang parsial pula misalnya penyakit infeksi malaria yang muncul pada waktu kuman plasmodium mencapai aliran darah setelah sebelumnya berkembangbiak di hati. Obat antimalarial berperan mematikan plasmodium tersebut. Padahal imunitas tubuh kita dapat secara aktif mematikan plasmodium itu jika distimuli dengan tepat. Kedokteran modern mengabaikan fungsi bagian tubuh/sistem yang normal yang tidak sakit termasuk mental dan pikiran yang sehat.
Studi epidemiologi menerangkan bahwa dari 100 orang yang menderita sakit sebenarnya hanya 80 orang yang teridikasi sakit. Dari 80 ini hanya 30 yang benar-benar ditemukan gejala dan atau tanda sakit. Dan dari 30 ini hanya 10 yang benar-benar terbukti sakit. Kesimpulannya hanya 10% orang yang mengeluh sakit yang terbukti sakit. Ini berarti faktor non fisik lebih banyak berperan. Justru faktor inilah yang luput dari kedoktern modern. Oleh karena itu berkembanglah atau mungkin lebih tepat kembali lagi sadar bahwa kedokteran harus mengacu pada konsep utuh tentang manusia sebagaimana konsep CAM. Disebut komplementer dan alternatif sebenarnya karena kita melihatnya kedokteran modrn sebagai pokok dan acuan. Suatu saat penulis yakin CAM justru akan menjadi yang utama dari kedokteran bukan alternatif atau komplemen semata.
Berbagai pendekatan terapi dalam lingkup CAM seperti tersebut di atas semua memiliki landasan ilmiah yang kokoh hingga mekanisme molekul. Pendekatan psiko-neuro-endokrino-imunologi misalnya menerangkan bahwa imunitas dipengaruhi faktor kadar hormon (endokrin), sistem saraf (neuro) dan kejiwaan (psiko). Penyembuhan beberapa penyakit seperti infeksi dan kanker diperankan oleh imunitas yang utamanya ditentukan oleh fungsi protein. Protein akan fungsional setelah disintesis kemudian berhasil diproses dengan baik oleh suatu molekul yang disebut chaperone atau heat shock protein. Ternyata chaperone akan bekerja dengan normal bila kadar hormon berada dalam batas normal dan sistem saraf serta kejiwaan juga dalam batas normal. Dan sebaliknya jika chaperone tidak bekerja dengan normal maka protein yang terbentuk juga tidak fungsional dan hasil akhirnya penyakit tidak sembuh.
Lima pendekatan CAM yaitu terapi dari warisan budaya lampau, terapi berdasarkan suasana jiwa (mind), subtansi biologi (herbal), manipulasi mekanik (fisik) dan terapi energi pada prinsipnya adalah menstimuli bagian tubuh yang sehat untuk membantu bagian yang sakit dalam mekanisme self healing. Inilah sebenarnya yang dikehendaki oleh sistem imunitas kita. Contoh mekanisme secara rinci kerja salah satu moda terapi CAM dapat dilihat pada presentasi dari makalah ini.
Kini saatnya kita umat islam kembali meyakini dan menerapkan ajaran islam secara kaaffah termasuk dalam dunia kedokteran. Hikmah dan ilmu adalah milik kita yang tercecer, dimanapun kita menemukannya maka kita wajib mengambilnya. Prokami atau Imani sebagai organisasi insan kesehatan muslim sudah seharusnya menjadi pelopor (leader) untuk mengembalikan kejayaan kedokteran sebagaimana jaya pada masa peradaban islam. Jika tidak ada usaha apapun, maka kita hanya akan menjadi penonton yang terus-menerus kalah dan merugi.
Disampaikan pada Seminar Aplikasi Klinis Yankes Komplementer_Alternatif di Palembang, 9 Maret 2014