Studi longitudinal dengan waktu follow up antara 2 sampai 16 tahun telah meneliti hubungan antara kegiatan rekreasi dengan risiko demensia atau penyakit Alzheimer. Sebagian besar hasilnya menyimpulkan bahwa adanya efek protektif dari kegiatan rekreasi, terutama kegiatan yang merangsang mental terhadap demensia. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti membaca, bermain catur, merajut, berkebun, dan menari, sering dikaitkan dengan penurunan risiko demensia. Selain itu, sebuah tinjauan terbaru dari studi prospektif juga telah menyimpulkan bahwa aktivitas fisik dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimr sekitar 45% .Aktivitas fisik juga meliputi komponen sosial dan mental selain komponen fisik itu sendiri. Begitu juga kegiatan rekreasi yang kompleks yang terdiri dari tiga komponen fisik, mental, dan sosial tampaknya memiliki dampak yang paling baik dan menguntungkan.
Orang-orang yang terus belajar hal-hal baru sepanjang hidup dan kegiatan yang “menantang” otak lebih kecil kemungkinannya untuk menderita penyakit Alzheimer dan demensia. Jadi usahakan untuk tetap aktif secara mental. Pada intinya, seseorang harus “ use it or lose it ”, gunakan atau akan hilang.
Kegiatan yang melibatkan banyak tugas atau membutuhkan komunikasi, interaksi, dan organisasi akan memberikan perlindungan berarti bagi otak. Penting untuk menyisihkan waktu setiap hari dengan kegiatan merangsang otak Hal-hal berikut bisa membantu menajamkan dan merangsang otak :
- Pelajari sesuatu yang baru. Belajar bahasa asing, belajar bahasa isyarat, menghafal, membaca koran atau buku yang bagus, atau mencari hobi baru. Semakin besar hal baru dan tantangan baru, semakin besar deposit cadangan otak seseorang.
- Praktik menghafal. Mulailah dengan sesuatu yang singkat dan bermanfaat, seperti menghafal Al Qur’an dan hadits-singkat yang bermanfaat. Buat ritme dan pola untuk memperkuat koneksi memori Anda.
- Nikmati permainan strategi, puzzle, dan teka-teki. Permainan asah otak dan permainan strategi memberikan latihan mental yang besar dan membangun kapasitas untuk membentuk dan mempertahankan hubungan kognitif. Permainan yang bisa dilakukan seperti pengisian teka-teki silang, bermain permainan angka dan kata, seperti scrabble atau sudoku misalnya.
- Berlatih membiasakan 5 W (Who, What, Where, When, and Why). Mengamati dan melaporkan seperti detektif kriminal. Gunakan pertanyaan “Siapa, Apa, Dimana, Kapan, dan Mengapa” dalam kehidupan sehari-hari. Menangkap informasi secara detail dari hal-hal yang dilihat akan mencegah kerusakan neuron.
- Melewati jalan yang jarang dilalui. Mengambil rute baru, melakukan aktivitas dengan tangan non-dominan, mengatur ulang sistem file computer. Melakukan kegiatan yang bervariasi secara teratur akan membuat jalur otak baru sehingga otak akan sehat.
Sebuah studi dari ACTIVE melibatkan 2.832 subyek lansia yang mengikuti sesi pelatihan selama 60-75 menit. Pelatihan meliputi memori, penalaran,dan kecepatan pemrosesan. Latihan yang dilakukan seperti menghafal daftar, mendeteksi pola dalam urutan nomor, dan mengoperasikan program layar sentuh. Sepuluh tahun setelah pelatihan, hampir tiga perempat dari peserta yang menerima pelatihan penalaran dan lebih dari 70 persen dari peserta latihan kecepatan pemrosesan masih bisa melakukan tugas-tugas di atas level dasar, dibandingkan dengan sekitar 62 dan 49 persen dari subyek kontrol. Namun pada penelitian ini tidak ada perbaikan kinerja memori setelah dilakukan pelatihan. Hasil ini menunjukkan pentingnya latihan otak untuk mencegah timbulnya gejala fungsional demensia.
*****
Silahkan like page Majalah Kesehehatan Muslim dan follow twitter.
Ingin pahala melimpah? Mari berbagi untuk donasi kegiatan Kesehatan Muslim. Info : klik di sini
from Kesehatan Muslim http://ift.tt/1qz9cMQ