Kasus gagal ginjal akut yang mayoritas terjadi pada anak balita kian meningkat. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan sejauh ini total terdata 241 kasus gagal ginjal akut di Indonesia. Dari 241 kasus itu, sebanyak 133 orang meninggal dunia.
Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri terhadap orangtua terlebih lagi dengan penyebab yang belum pasti.

PROKAMI sebagai Himpunan tenaga Kesehatan profesional muslim mengadakan webinar edukasi publik dengan tema “Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak Meningkat, Obat Sirup Ditangguhkan”.
Ketua Umum PP PROKAMI, Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, FICA, MARS, dalam sambutannya menjelaskan tentang salah satu program PROKAMI yang terus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait topik kesehatan terkini.
“Kami sering memberikan edukasi, membahas tema-tema yang menjadi perbincangan public, mengedukasi masyarakat mengenai vaksinasi, COVID-19, dan lain sebagainya. Tentu saja tidak hanya itu PROKAMI juga mengedukasi Kesehatan masyarakat melalui pembuatan buku dan kegiatan-kegiatan lainnya.”
Selain itu dr. Eka juga mengingatkan kepada peserta webinar yang berjumlah lebih 3600 orang, bahwa dengan tujuan PROKAMI mencerdaskan dan mampu memberi pemahaman kepada masyarakat atau umat mengenai ilmu kesehatan bisa membuat kita lebih beriman.

“Agama Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Justru Islam menuntut kita untuk berpikir kritis terhadap segala peristiwa di sekitar kita, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dengan pendekatan berbasis bukti (evidence based) dan hal itu bisa diterangkan secara logika keilmuan” lanjut dr. Eka.
Webinar kali ini diadakan oleh Pengurus PROKAMI wilayah DKI Jakarta berkordinasi dengan Bidang Edukasi Publik Pengurus Pusat PROKAMI. Webinar ini bertujuan untuk memberikan klarifiksi tentang kasus gagal ginjal akut pada anak dan hubungannya dengan sediaan obat sirup yang dikonsumsi.
Dosen dan peneliti Departemen Farmasi Universitas Jenderal Soedirman (Pharmaceutical Technology and Drug Delivery System) Dhadhang Wahyu Kurniawan, B.Pharm, M.Sc., Ph.D. mengatakan, bahwa kita sedang kembali diuji deangan adanya meningkatnya kasus gagal ginjal akut ini.
Baca juga : Meriahkan International Islamic Healthcare Conference And Expo (IHEX) 2022
Terkait keputusan Kemenkes dan BPOM terhadap penarikan obat sirup, Dhadang menyuarakan kekhawatiran teman-teman apoteker di daerah.
“Itukan dalam rangka preventif agar tidak terjadi wabah, apa yang terjadi seolah-olah ada rahasia pada obat, dan itu bukan kesalahan teman-teman di apotek”, lanjut Dhadang.
Selanjutnya Dhadang mengatakan bahwa pada dasarnya obat sirup itu bukanlah obat terlarang, bukan juga obat yang mengandung zat yang berbahaya/toksik bagi tubuh, dan para apoteker tidak ada niatan buruk. Bagaimana cemaran Etilen Glikol itu bisa ada pada obat sirup saat ini, sebaiknya kita menunggu investigasi lebih lanjut dari pihak yang berwenang. Mohon diperhatikan bahwa kita sedang mengalami masalah ini bersama-sama.

Narasumber kedua dr. Reza Fahlevi, Sp.A Nefrologi Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Menurutnya ada beberapa teori penyebab terjadi gagal ginjal akut pada anak seperti, infeksi bakteri atau virus, keterlibatan MSG, teori super antigen, dan juga kecurigaan terhadap adanya cemaran senyawa yang bersifat toksik pada ginjal, seperti cemaran Etilen Glikol.
dr. Reza juga memberikan arahan kepada masyarakat agar tidak panik apabila anak mengalami gejala demam, gejala infeksi saluran cerna/ saluran pernapasan. Namun, tetap mengamati karakteristik dari urinnya saat berkemih, apakah ada kendala saat berkemih; penurunan volume urin, ada pembengkakan, pernapasan meningkat, demam, maka sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.
“Apabila anak terlanjur mengkonsumsi obat-obat sirup tidak perlu panik karena belum tentu serta merta akan terjadi gangguan ginjal. Sebagai orang tua, kita fokus terhadap apa yang kita bisa lakukan saat ini sebagaimana yang saya jelaskan sebelumnya. Selain itu, penyebab gagal ginjal akut pada anak masih dalam investigasi kita tunggu hasil investigasi pemerintah”, ujar dr. Reza
Hadiri WORKSHOP THIBBUN NABAWI
Lihat Selengkapnya
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A(K), dalam update terkini kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia mengajak bersama-sama mengikuti anjuran Kemenkes sampai semuanya selesai. “Memang bukti menunjukkan adanya cemaran senyawa Etilen Glikol, sehingga IDAI menghimbau untuk menangguhkan dulu penggunaan obat sirup sampai terbukti keamanannya. Untuk obat sirup yang esensial untuk penyakit-penyakit tertentu yang tidak ada pilihan lain selain sediaan sirup, maka sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan. Dan IDAI sudah meminta khusus kepada pemerintah untuk menyegerakan investigasi dan pengecekan obat-obat sirup yang esensial tersebut”.
Selanjutnya dr. Piprim mengajak berdoa bersama agar masalah di negeri ini selesai, dan tidak terlalu larut dalam masalah penarikan obat sirup. Karena ini juga akan menjadi momentum agar hidup tidak selalu bergantung pada obat. “Ini momentum kita kembali kepada pengobatan rasional, melakukan pola hidup sehat, makan makanan yang bernutrisi bukan junk food, aktif bergerak, dan tidur yang cukup”.
Untuk meningkatkan imunitas ketika pandemi semua orang belajar kembali tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Konsep seperti ini harus terus dibudayakan agar apapun yang terjadi di masa kini dan masa depan bisa dilalui bersama dan manusia kembali ke kehidupan yang normal.
Lihat siaran ulang di Youtube :
Prokami TV
Dr. Ede Surya Darmawan, SKM,MDM, Ketua Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), menanggapi kasus gagal ginjal akut pada anak dalam aspek epidemiologi.
“Dalam bahasa aspek epidemiologi atau public health suatu persoalan yang menaraik public harus jadi pertimbangan intervensi” ujar dr. Ede.
Apabila suatu kasus sudah termasuk kedalam kategori kasus luar biasa (KLB) harus segara direspon melalui pendekatan epidemiologi manajemen yaitu fokus terhadap apapun persoalan dan penyebab terjadinya persoalan yang ramai diperbincangkan.
“Umumkan kepada masyarakat tentang bahaya senyawa yang terdapat dalam obat sirup tetapi jangan sampai menimbulkan kepanikan dan harus dilakuakan dengan cepat” lanjut dr. Ede.
Selain itu ada beberapa lagi respon yang termasuk kedalam pendekatan epidemiologi manajemen menurut dr.Ede seperti, perbaikan Surveilans, perbaikan pelayanan aduan masyarakat sehingga dapat merespon cepat dan menangkap sampai keunder reporting.
Membentuk sistem yang sehat upaya preventif penyakit baru dan terpantau tanpa menunggu adannya korban. Terakhir pemantauan dengan cara menyurvey bahan berbahaya yang di konsumsi masyarakat bukan hanya menunggu aduan.

Pada akhir acara dr. Kevin Kurnia, Sp.A sebagai moderator menyampaikan rangkuman materi yang telah dijelaskan dalam webinar series edukasi publik PP PROKAMI:
- Ada peningkatan kasus gangguan ginjal akut pada anak yang berusia di bawah lima tahun.
- Adapun penyebabnya masih dalam proses investigasi dan sampai saat ini belum ada hasil yang konklusif, apakah ini terjadi karena infeksi atau penyebab lain seperti yang sedang diinvestigasi berupa cemaran senyawa toksik yang terkandung dalam obat sirup.
- Senyawa toksik yang berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal adalah etilen glikol, dietilen glikol, dan etilen glikol butyl ether/EGBE. Sebenarnya ini bukan senyawa yang dilegalkan untuk menjadi pelarut dalam obat. Akan tetapi senyawa ini adalah cemaran. Kenapa bisa menjadi pelarut, itu masih dalam tahap investigasi dan apakah benar ada senyawa tersebut itupun masih tahap invetigasi.
- Karena masih dalam tahap investigasi, maka lebih baik untuk menahan diri agar tidak menggunakan obat-obatan liquid atau sirup.
- Bagi masyarakat yang telah mendapatkan anjuran obat sirup yang bersifat esensial dan rutin untuk penyakit-penyakit tertentu, tidak perlu panik tetap lakukan diskusi dengan dokter dan ikuti anjurannya.
- Untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk lainya, sangat dianjurkan untuk kembali menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)”.