Sejak 26 September-14 Oktober 2022, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan bahwa kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia mencapai sebanyak 152 kasus. kasus tersebut tersebar di 16 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Riau, Papua Barat, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.
Sejauh ini, penyebab gagal ginjal akut masih belum diketahui. IDAI mengatakan fenomena ini masih belum menemukan titik terang terkait penyebabnya, sehingga masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Namun dugaan awal, kasus ini dipicu oleh konsumsi obat yang mengandung etilen glikol. Dugaan ini merupakan hasil diskusi dengan tim dari Gambia yang mempunyai kasus serupa.
Di Gambia, sebanyak 69 anak meninggal karena kasus gagal ginjal akibat mengonsumsi obat batuk produksi India yang mengandung senyawa kimia tersebut. Etilen glikol adalah senyawa organik tak berwarna maupun berbau, dan berkonsistensi kental seperti sirup pada suhu kamar. Senyawa ini memiliki rasa yang manis dan kerap digunakan untuk tambahan serat pada polyester, minyak rem, kosmetik, dan pelumas.
Penyakit itu pada umumnya menyerang anak berusia 1 hingga 5 tahun. Penderita penyakit itu diawali dengan gejala infeksi pada saluran pencernaan dan pernapasan. Adanya peningkatan kasus gagal ginjal akut misterius pada anak tersebut juga berdampak terhadap angka kematian yang disebabkan penyakit itu. Angka kematian akibat penyakit gagal ginjal akut misterius pada anak yang diterima Kemenkes hampir 50 persen dari jumlah kasus yang dilaporkan.
Kendati demikian, masyarakat diminta untuk tidak perlu panik terkait penyakit gagal ginjal akut misterius pada anak. Pasalnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit tersebut belum perlu mendapatkan perhatian khusus.
Gejala Gagal Ginjal Pada Anak
Ada beberapa gejala yang muncul dari penyakit ginjal akut misterius ini, mulai dari batuk pilek hingga muntah. Setelah pasien mengalami batuk, pilek, diare, muntah dan demam selama beberapa hari, gejala selanjutnya adalah tidak bisa buang air kecil (BAK). Tidak ada urin yang keluar seperti orang dehidrasi parah pada umumnya.
Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes dr Yanti Herman, menjelaskan, kebanyakan pasien gangguan ginjal akut misterius yang menjalani perawatan rumah sakit berusia di bawah lima tahun. Mereka mengalami gejala paling khas berupa berkurangnya pembuangan urine, bahkan tidak keluar sama sekali.
“(Gejala) paling khas adalah penurunan jumlah air kencingnya atau buang air kecilnya yang kita kenal dengan oliguria atau sama sekali tidak ada urinenya atau yang kita kenal dengan anuria,” ungkapnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (14/10/2022).
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengatakan, mulanya, IDAI menduga kasus ini berkaitan dengan Covid-19 dan MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children). Namun berdasarkan analisis kasus, beberapa penderita penyakit ini dinyatakan negatif Covid-19.
IDAI sudah mencari berbagai panel infeksi virus di dalam tubuh anak-anak dengan beragam metode pemeriksaan. Salah satu metode yang dilakukan adalah swab tenggorokan untuk memeriksa infeksi virus pada saluran pernapasan. Pun melakukan swab rektal dari anus untuk mencari infeksi-infeksi yang oriental penyebab diare atau infeksi pencernaan. Sayangnya, pihaknya tidak menemukan jenis virus yang seragam yang menyebabkan infeksi.