Berdasarkan data dari UNAIDS, terdapat 36,9 juta masyarakat berbagai negara hidup bersama HIV dan AIDS pada 2017. Dari total penderita yang ada, 1,8 juta di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Selebihnya adalah orang dewasa sejumlah 35,1 juta penderita. Jika menilik jenis kelamin, wanita lebih banyak menderita HIV/AIDS sejumlah 18,2 juta dan laki-laki sebanyak 16,9 juta penderita. Ironisnya, 25% diantaranya (sekira 9,9 juta) tidak mengetahui bahwa mereka terserang HIV/AIDS.
Mengutip data dari Kementerian Kesehatan (2018), angka pengidap HIV/AIDS di Indonesia tergolong tinggi. Terlebih, kelompok terbesar yang terpapar HIV/ AIDS adalah kelompok usia produktif. Tercatat ada 301.950 kasus HIV dan 108.829 kasus AIDS. Penyebaran tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun. (IDN Times). Di NTB terjadi 1493 kasus yang sebagian besarnya terjadi di Mataram sebanyak 519 kasus, masih pada tahun yang sama.
Sebagaimana jamak diketahui bahwa HIV adalah jenis dari virus yang menyerang bagian imunitas tubuh seseorang sehingga rentan terserang berbagai macam penyakit. Selain itu, masih banyak bahaya yang lain yang ditimbulkannya. Salah satu penyebab dari banyaknya kasus ini adalah perilaku seks bebas dan menyimpang yang terjadi di masyarakat.
Berangkat dari beberapa fakta tersebut, Perhimpunan Profesional Kesehatan Muslim Indonesia (PROKAMI) Wilayah NTB menggelar seminar sehari berjudul “Bahaya HIV dan Orientasi Seks Menyimpang” pada hari Ahad, 17 November 2019 kemarin. Acara ini diselenggarakan di BP PAUDNI Mataram dengan menghadirkan pembicara yang sudah pakar di bidangnya yaitu dr. Hj. Suciati dan dr.Hj. Qomarul Islamiyati, Sp. KJ.
Acara seminar ini terlebih dahulu diawali dengan sambutan dan perkenalan lembaga PROKAMI yang disampaikan oleh Ketua Wilayah Prokami NTB, dr. H. Nanang Widodo, Sp.B, M.Sc, FINACS. Dalam sambutannya, ternyata Prokami di Indonesia sudah berdiri sejak tahun 2002. Sedangkan di NTB, kepengurusannya sudah terbentuk sejak akhir 2015 lalu. Kiprahnya selama ini lebih berfokus pada peningkatan keahlian para anggotanya sehingga lebih profesional bekerja dalam koridor Islami seperti seminar, workshop, FGD atau kajian-kajian. Selain itu juga ikut turun melakukan bakti sosial ke masyarakat seperti ketika ada kejadian gempa Lombok tahun lalu, demikian papar dokter bedah RS Tripat ini.
Acara seminar ini diikuti oleh sekitar seratusan peserta. Sesuai dengan nama organisasi ini, pesertanya adalah tenaga kesehatan terdiri atas unsur dokter, perawat, bidan, nutrisionis, radiographer, perekam medis, apoteker, asisten apoteker, analis kesehatan, sanitarian, dan sebagainya.
Para peserta seminar tampak antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka mengakui, kegiatan ini sangat bermanfaat karena bisa langsung diterapkan di institusi kerja masing-masing. Harapannya, agar kegiatan seperti ini rutin untuk diadakan. Demikian yang diungkapkan oleh Fitri, bidan dari Rumah Sakit Kota Mataram. (Humas_Prokami)